Jumat, 02 Maret 2012

Semangat Dian !!

Dian adalah salah seorang teman seperjuanganku di kampus, seorang anak yang sangat manis yang setia menemani hari-harinya dengan sejuta impian yang indah, menerbangkan khayalannya membumbung tinggi keangkasa,tak pernah lelah untuk belajar. 

Tak pernah takut dengan kata-kata kegagalan  karena mimpi adalah hal yang harus diwujudkan. Dan hidup adalah tentang perjuangan. Mimpi terbesarnya adalah memutuskan tali kemiskinan keluarganya. Walaupun sebenarnya Dian terlahir di tengah keluaga yang begitu harmonis nan sederhana, tidak terlalu kaya dan tidak terlalu miskin, hingga pada suatu saat ntah apa yang terjadi sehingga kebahagian seolah lenyam dari kehidupannya.
“ diaan.., “ panggil sang mama.
“ yaa, ma.. knpa??? “ jawabnya penasaran.
Oh, mama hanya ingin bilang kalau mama bangga punya anak yang kuat dan tabah seperti kamu, sayang ??” ucap mamanya dengan lirih
“ oooo ya ma, kan karena mama juga yang ngajarin aku arti ketabahan ma” jawab dian dengan tersenyum.
“ Iyaa nak” mama memeluk dian dengan penuh kasih sayang.
Hari-hari dian dihabiskan dengan menjalankan bisnis kecil-kecillan untuk menopang roda kehidupan yang selalu membiarkanya diposisi bawah dan terbawah, sungguh menyebalkan katanya. Sejak malapetaka yang menimpa biduk rumah tangga kedua orang tuanya. Dian sedemikian enggan untuk bersemangat, bahkan untuk mandi pagi dan sarapan pun rasanya bagaikan memindahkan sebatang besi berton-ton. Namun demi membahagiakan kedua orangtuanya dan juga adik-adiknya yang berjumlah 5 orang itu. Dian mencoba menjadi batu karang yang tidak gampang dihempas gelombang. Dia mencoba untuk fokus bekerja dan belajar banyak tentang kehidupan. Oh, sungguh tak ada waktu baginya untuk sekedar melepas santai bersama sahabat-sahabatnya yang hampir setiap minggu menghabiskan waktu sekedar untuk shopping, jalan-jalan dengan kekasih yanng belum tentu menjadi suami nya itu. Hidup dian hanya berkutat dengan bekerja, belajar. Hidup yang sungguh keras bahkan untuk membeli pulpen dan membayar uang kuliahnya yang super mahal itu pun harus ku banting tulang ku sendiri. Hari-harinya banyak dihabiskan dengan membantu menjual mie disalah satu warung sewaan. Sangat perih memang. Namun ya sudahlah, dian tetap bersyukur karena allah masih memberinya tenaga dan kekuatan untuk tetap kuat menjalani kehidupan yang tak dia tau bagaimana kelanjutannya ini.
“ Dian, mungkin tempat mu bukan disini kawan?? Disini kuliah nya mahal, kenapa ga kamu alih aja ke jurusan yang mungkin lebih murah biaya spp nya kawan ?? “ ucapku dengan memelas, sungguh ku sangat kasian melihat beban di pundaknya yang begitu berat. Belum lagi adik-adiknya itu yang harus jadi tanggungjawabnya, sejak ayahnya menghilang ntah kemana. 
“Ni, ini cita-citaku, lagi pula aku sudah mengabiskan uang banyak untuk membayar uang pembangunan yang luar biasa mahal itu, “ jawabnya dengan penuh derai air mata. 
Ooh, sungguh ku bingung untuk mengeluarkan kata-kata apa, aku hanya takut menyinggung perasaannya yang sedemikian bersemangat untuk meneruskan perjuanganya disalah satu sekolah tinggi kesehatan swasta yang biasanya di huni oleh anak2 orang beruang, bahkan ku sering melihat mak dan bapak mereka mengedarai mobil mewah hanya untuk sekedar menjemput anak-anaknya dikampus. Anak-anaknya pun pengguna BB dan mobil-mobil mewah. ohh, tuhan sungguh sangat berbeda dengan ku yang hanya seorang anak petani. Mak dan bapak ku, sd saja tak lulus. Tapi katanya kuliah saja, mak dan bapak masih punya beberapa kebun yang siap digadai bahkan dijual jika memang ku perlukan untuk pendidikan. Tetapi kawan ku ini bagaimana, tanah warisannya saja sudah hampir habis dijual untuk biaya pembangunan saat pertama kali dia dinyatakan lulus. Dalam hatiku, ne anak sungguh nekat dan keras kepala, udah tau mahal, ngotot aja. semoga saja akan ada mukjizat buat kawan ku yang malang ini. Insyaallah.. 
*beberapa bulan kemudian.. 
Sekarang sudah pertengahan bulan lima, berarti hanya hitungan hari menuju UAS. Si Dian pasti lagi jungkir balik cari modal untuk ngelunasin segala jenis yang berkaitan dengan uang dan kampus. 
“ni, aku duluan ya “ teriaknya sambil berlari. “ eh, tungguuu.. “ ku membalas teriakannya. Tapi dasar dianya yang ga peduli, akhirnya menghilang begitu saja dari hadapan ku. Kasian pikirku. Mau ku bantu pun keadaan sungguh tidak memungkinkan, uang ku saja hanya cukup untuk beli beras yansg sudah habis. Dan besok baru datang kiriman dari kampung, itu pun hanya cukup untuk makan sebulan, foto copy bahan kuliah dan segala keperluan lainnya yang berkaitan dengan kuliah. Ini pun mungkin kurang, makanya aku harus bantu cek na untuk sekedar cuci piring di tempatnya jualan mie aceh di persimpangan jalan pada sore hari.ok lah, aku harus cepat-cepat ke tempat cek na, sebelum dia menelpon ku dengan suaran nyaringnya yang bikin kupingku meradang kepanasan.
*beberapa hari kemudian..
Aku bertemu bu Dando di persimpangan ruang TU. Bu Nando merupakan guru pembibing kami. ku coba bertanya perihal kawanku yang malang itu, yang sudah menunggak berjuta-juta. Akhirnya bu nando menjelaskan panjang lebar perihal temanku itu. Ternyata dia telah di keluarkan dari kampus tercinta ini. Hhmmmm, ku menarik nafas dalam-dalam. Shok dang bingung apa yang harus ku ucapakan.Oh, sungguh malang nasib mu, kawan. Pantas saja beberapa hari ini tak pernah tampak batang hidungnya dan ku hubungi pun tak bisa-bisa. Sungguh hilang tanpa jejak.
*Akhirnya.. 

 
“niiii...” terdengar seseorang dari kejauhan memanggilku. Ooh, seperti ku kenal suara cempreng ini, bukankah suara ini yang biasa sering bikin gendang telinga ku mau pecah karena terikan-teriakan yang maha dahsyat di kampus. Wah ini pasti si Dian, teman satu kampus dulu yang luar biasa mengispirasi ku untuk terus bersyukur dan berjuang dalam universitas kehidupan ini. Sejenak kami berpelukan melepas kangen dan saling menanyakan kabar.
“ semenjak di keluarkan dari kampus, aku di sini nini, aku berjualan. Kebetulan om ku yang kaya raya itu memberiku sedikit modal untuk membuka warung ini. Alhamdulillah, pengunjung nya ramai, aku pakai resep keluarga untuk mie ini. Kamu boleh coba kok, pasti enak” ucapnya bersemangat. Aku sungguh terharu mendengarkan nasib baik yang menimpa temanku ini. “bagaimana dengan adik-adikmu?” tanya ku dengan penuh penarasan. “ mereka tetap bersekolah seperti biasanya, biarkan aku banting tulang untuk mereka, jika suatu saat aku punya uang lebih, aku akan kembali ke bangku perkuliahan, tetapi untuk sekarang aku fokus dulu membangung usaha ini. Kalau pelanggan banyak seperti ini, aku harus membuka cabang di beberapa tempat nih” ucapnya dengan penuh keyakinan. Dia memang orang yang sangat optimis, pekerja keras. Semoga impian nya tercapai. Aamiiin.
Penulis : Elviyanti
di Rumah Perjuangan



Tidak ada komentar:

Posting Komentar